Minggu, 13 Desember 2009

Manajemen Perubahan

Latar belakang

Dalam dunia yang penuh dengan kompetisi ini membuat manusia harus mempunyai nilai lebih dalam diri tiap individu agar mampu bersaing. Namun dengan memandang sisi lain kita, manusia, sebagai mahluk sosial, kita juga harus mempunyai kemampuan, bukan untuk bersaing , tapi saling merangkul, kerjasama, untuk mencapai kesejahteraan bersama yang adil dan merata.
Dalam hadits yang mengatakan, setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Menyatakan bahwa kata kepemimpinan dan pertanggung jawaban sangat erat kaitannya. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjadi leader, tapi juga mampu bertanggung jawab.

Fungsi pemimpin sendiri sebagai ketua, akan sangat erat dengan pengatur. Pemimpin dituntut untuk bisa mengatur, maka dari itu pemimpin haruslah menguasai menejemen, suatu ilmu dan keterampilan dalam mengatur atau memenej yang biasa kita sebut.

Apa kaitannya mahasiswa dengan ini semua? Mahasiswa adalah the best human material, generasi muda, penerus bangsa, yang sedang dalam tahap pendidikan, pencari ilmu pengetahuan, dan sedang dalam proses menjadi dewasa, singkatnya, masa depan suatu bangsa ada ditangan para pemuda, para mahasiswa, maka mahasiswa haruslah mengup-grade skill dan spiritnya, dalam hal leadership dan management, untuk masa depannya yang mana merupakan masa depan bangsanya juga.
Masa depan yang cemerlang ditentukan dari bagai mana kita sekarang mempersiapkannya. Mengup-grade skill dan spirit kita sedini mungkin, akan membuka lebar peluang kita untuk dapat mewujudkan masa depan yang gemilang, dengan kemampuan kita sendiri.

Perubahan Pada tingkat individu

Manusia, dan sekumpulan manusia ialah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan terlebih selama manusia memiliki kepentingan, kehendak serta cita-cita baik secara individu atau kelompok, dalam interaksinya, maka manusia itu akan terus terlibat dalam sebuah proses perubahan.
Setiap proses perubahan selalu melalui beberapa tahap yang panjang dan tidak berlangsung instan,diantaranya adalah
1) immobilization 2) denial of change,
3) incompetence 4) acceptance of reality,
5) testing possibilities 6) search for meaning,
7) integration

Alasan pertama manusia berubah adalah dalam usaha untuk mencapai keseimbangan dalam rangka mempertahankan hidup. Contoh paling sederhana adalah saat pengumuman hasil ujian tengah semester diumumkan. Salah seorang siswa mendapati nilai paling rendah dikelas, perasaan Kecewa dan menyesal akan timbul secara otomatis, namun di dalam hati kecilnya ia memiliki niat untuk memperbaiki semua itu, manusia melakukan perubahan aktivitas atas perintah otak dalam rangka mencari keseimbangan untuk mempertahankan hidup. Alasan kedua adalah ketika manusia tidak dapat menerima kenyataan yang telah terjadi karena perubahan cenderung terjadi setiap saat. Alasan ketiga adalah ketika manusia mendapati dirinya tidak memiliki kemampuan untuk berubah karena selalu berfikir “sulit”.
Manusia akan meratapi nasibnya ketika ia menyadari bahwa dirinya ada di garis paling bawah dan tertinggal jauh dari teman-temannya, ini dimana perasaan seseorang terdapat pada tahap “under pressure” yang hanya memikirkan saja tanpa bertindak. Alasan kelima adalah ketika seseorang berusaha untuk melakukan barbagai kemungkinan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia dapat melakukan perubahan dalam dirinya, mengapa manusia mencoba berbagai kemungkinan?? Karena ketika manusia mendapatkan permasalahan dalam dirinya, maka ia akan mencari jalan keluar yang menurut dirinya mudah untuk dilakukan dan berefek samping, membawa perubahan dalam dirinya, tanpa merugikan orang-orang disekitarnya dan alasan terakhir adalah kesungguhan manusia / individu untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan melalui pola hidup baru yang harus ia lakukan secara routine.

Menurut sudut pandang tentang penciptaan karakter dari buku Stephen R covey, “Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib ” Artinya, untuk membangun karakter, tidak cukup dengan hanya membaca buku bahkan pelatihan penuh selama seminggu saja, namun dibutuhkan sebuah mekanisme pelatihan yang terarah dan tiada henti secara berkesinambungan.

0 komentar:

Posting Komentar